LIMINAL SPACE

a Solo Exhibition by Sastra Wibawa

Istilah “ruang liminal” muncul ke permukaan publik dalam konteks visual dan arsitektur pada awal 2000-an. Diawali oleh komunitas seni dan desain yang menggunakan istilah tersebut untuk menggambarkan ruangan yang terasa aneh atau ‘surreal’. Lama kelamaan, istilah ini juga merujuk pada pengalaman emosional ketika seseorang berada dalam proses transisi tanpa kepastian mutlak. Dalam pameran ini, Sastra menggambarkan ruang liminal sebagai pengalaman yang personal dan reflektif–keadaan di mana ketidakpastian menjadi bagian dari refleksi dan penerimaan.

Sastra memulai eksplorasinya pada ruang liminal secara intuitif. Dalam kesehariannya, ia kerap merasakan berada dalam garis transisi. Momen ketika langit mendung atau tenggelamnya matahari seringkali memunculkan perasaan gelisah yang menenangkan. Hal tersebut memaksa ia untuk berkontemplasi dan menemukan ruang liminal tersebut. Pengalamannya ini sendirilah yang mendasari proses eksplorasinya dalam berkarya, yang bertujuan untuk menangkap dan menginterpretasikan perasaan ambigu tersebut.

Bagi Sastra, proses berkarya adalah bentuk navigasi dalam memahami ruang liminal. Ia menggunakan pola repetitif dalam karyanya, bukan hanya sebagai elemen estetika, tetapi juga sebagai sebuah ritual yang membantunya menemukan jalannya di tengah ketidakpastian. Gerakan yang diulang-ulang dalam lukisannya mencerminkan proses introspeksi dan meditasi, di mana ia berusaha menemukan ketenangan dalam ketidakpastian. Pola ini juga menjadi simbol dari siklus kehidupan yang terus berulang, di mana transisi adalah bagian yang tak terelakkan.

Penggunaan material seperti mica powder menjadi salah satu bentuk eksplorasi Sastra untuk menciptakan pengalaman liminal bagi yang melihat. Mica powder digunakan untuk menciptakan gradasi halus yang samar dan nyaris tak terlihat. Warna-warna dalam karyanya berubah tergantung pada pencahayaan dan sudut pandang, menegaskan sifat transisi yang tidak pernah tetap. Efek holografik dari material ini memberikan kesan dinamis, di mana sesuatu tampak berubah dan tidak pernah benar-benar dapat didefinisikan secara pasti.

Melalui pameran ini, Sastra tidak berusaha memberikan jawaban pasti atau narasi yang eksplisit. Ia justru ingin membiarkan audiensnya tersesat dalam pengalaman liminal, menghadapi kontradiksi antara ketenangan dan kegelisahan, antara sesuatu yang terasa akrab namun juga asing. Ia ingin menciptakan ruang bagi audiens untuk merasakan, bukan hanya melihat. Dalam proses ini, mungkin ada perasaan tidak nyaman yang muncul—perasaan yang ‘tanggung’, tidak benar-benar berada di satu titik tertentu. Namun, Sastra ingin menunjukkan bahwa perasaan ini adalah bagian dari perjalanan, sesuatu yang harus diterima dan dirangkul.

PROGRAM: Solo Exhibition


DATE: 22.2.25 – 16.3.25


VENUE: Rachel Gallery

RACHEL GALLERY

Start typing and press Enter to search

Shopping Cart

No products in the cart.